
Mahar
MAHARKU HANYA 50 K
Oleh : Sarwanta.
Ranti berdiri di depan cermin kamar pengantin, matanya sembab. Gaun putih itu kini tak lagi membawa kebahagiaan. Hari ini, yang seharusnya menjadi hari pernikahannya, berubah menjadi mimpi buruk. Robi, lelaki yang selama ini dicintainya, justru menikahi sahabatnya sendiri, Dinda.
Tangisnya pecah lagi. Pintu kamar terbuka perlahan, menampilkan wajah Raka, sepupunya yang selama ini hanya ia anggap sebagai teman dekat.
“Ranti, jangan menangis lagi,” kata Raka lembut.
“Bagaimana aku tidak menangis, Raka? Semua tamu sudah datang. Aku malu! Harga diriku hancur!” Ranti berteriak penuh emosi.
Raka menatapnya penuh kesabaran. “Aku akan menggantikan Robi,” ujarnya tegas.
Ranti terkejut. “Apa maksudmu?”
“Pernikahanmu tetap harus berjalan. Jika kau mau, aku bersedia menjadi suamimu,” kata Raka dengan nada pasti.
Ranti terdiam. Dalam kekalutan pikirannya, tawaran Raka seperti tali penyelamat. “Tapi… mahar? Aku tahu kau bukan orang kaya,” bisiknya ragu.
Raka tersenyum kecil. “Maharku hanya 50 ribu, Ranti. Apakah itu cukup bagimu?”
Dengan hati yang masih bimbang, Ranti mengangguk. Ia hanya ingin melewati hari ini tanpa mempermalukan keluarganya. Pernikahan pun berlangsung dengan sederhana. Semua tamu menyangka Raka memang pengantin pria yang sejak awal direncanakan.
Namun, kehidupan setelah pernikahan itu membawa kejutan bagi Ranti. Dalam waktu singkat, ia mulai melihat sisi lain dari Raka—kepeduliannya, kelembutannya, dan dedikasinya untuk membuatnya bahagia.
Suatu hari, Ranti menemukan surat kontrak di meja kerja Raka. Ia membaca nama perusahaan besar yang bergerak di bidang minyak bumi. "Raka Adi Wijaya, Direktur Utama?" Ranti membaca keras-keras.
Raka yang baru masuk ke ruangan hanya tertawa kecil. “Kau baru tahu, ya?” katanya santai.
“Kau… pengusaha minyak?” Ranti terbata-bata.
“Benar. Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah, aku mencintaimu, Ranti. Bahkan saat kau masih bersama Robi, aku sudah menunggu waktuku tiba.”
Air mata Ranti mengalir lagi, tetapi kali ini karena haru. “Raka… kenapa kau tidak pernah mengatakannya?”
“Aku hanya ingin kau menerimaku apa adanya, bahkan dengan mahar 50 ribu,” jawab Raka sambil menggenggam tangan Ranti erat.
Sejak hari itu, Ranti menyadari bahwa cinta sejati bukan tentang kemewahan, tetapi tentang ketulusan. Dan Raka adalah sosok yang selama ini ia cari tanpa ia sadari.
Hiburan Penghantar istirahat Siang anda